MAKNA DAN ISTILAH SURAT AL KAHFI
Surat Al Kahfi
Surat Al Kahfi merupakan surat yang ke 18 di dalam Al Qur’an. Surat Al Kahfi berasal dari kata Al Kahf yang artinya Gua. Surat Al kahfi disebut juga dengan Ashabul kahfi, dan surat Al Kahfitermasuk golongan surat makkiyah.
Dimanakah surat Al Kahfi diturunkan ?
Surat Al Kahfi di turunkan di kota mekkah, karena surat Al kahfi di turunkan sebelum nabi muhammad saw hijrah ke madinah,
Kapan surat Al Kahfi diturunkan kepada nabi muhammad ?
Surat Al Kahfi diturunkan kepada nabi muhammad sesudah surat Al isra’ atau sebelum surat maryam.
Siapakah seseorang yang diceritakan di surat Al Kahfi ?
Seseorang yang diceritakan di surat Al Kahfi yaitu seorang pemuda yang tidur di dalam gua selama bertahun-tahun lamanya.
Bagaimanakah keadaan sebelum para pemuda bersembunyi di gua ?
Saat sebelum bersembunyi di gua para pemuda dikejar-kejar oleh kaum sesat yang akhirnya para pemuda harus bersembunyi dan berlindung dari kejaran kaum sesat.
Selain cerita tentang ashabul kahfi, juga terdapat beberapa buah cerita dalam surat Al Kahfi yang semuanya mengandung pelajaran-pelajaran yang amat berguna bagi kehidupan manusia. Dan terdapat beberapa hadits Rasulullah saw yang manyatakan keutamaan membaca surat Al Kahfi.
Renungan Surat Al Kahfi: Memurnikan Akidah, Menebarkan Sunnah
“Memurnikan Akidah, Menebarkan Sunnah”, sebuah slogan yang sering kita dengar, dan sependek
pengetahuan kami, website muslim.or.id yang kita cintai inilah yang mempopulerkannya. Kalau kita membaca surat al Kahfi, kita akan menemukan di akhir surat tersebut, Allah menutup dengan sebuah ayat yang sangat penting, sebuah perintah kepada Rasulullah untuk mendakwahkan dan menyerukan ayat ini kepada manusia. Sebuah ayat yang intisarinya adalah seruan untuk memurnikan akidah dan menebarkan sunnah, Allah berfirman,
قُلْ إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰٓ إِلَىَّ أَنَّمَآ إِلٰهُكُمْ إِلٰهٌ وٰحِدٌ ۖ فَمَن كَانَ يَرْجُوا۟ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صٰلِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدًۢا
“Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Sesembahan kamu itu adalah Sesembahan yang satu”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Rabbnya“. (QS. Al Kahfi: 110)
Kalau kita jabarkan satu-persatu sebagai berikut:
قُلْ إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ
“Katakanlah: Sesungguhnya aku ini (Rasulullah) manusia biasa seperti kamu”
karena beliau manusia biasa, maka beliau tidak boleh disembah dan diibadahi, ini memurnikan akidah.
يُوحَىٰٓ إِلَىَّ أَنَّمَآ إِلٰهُكُمْ إِلٰهٌ وٰحِدٌ
“diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Sesembahan kamu itu adalah Sesembahan yang satu”
karena beliau diberi wahyu, maka kita tidak boleh mendustakannya dan wajib menerima semua yang datang dari beliau, serta mengamalkannya. Ini menebarkan sunnah.
فَمَن كَانَ يَرْجُوا۟ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صٰلِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدًۢ
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Rabbnya”
Siapa yang ingin berjumpa dengan Rabbnya dalam keadaan diridhai, maka hendaknya dia memurnikan akidah (dengan tidak berbuat syirik) dan menebarkan sunnah (dengan beramal shalih yang sesuai tuntunan Sunnah).
Syaikh As Sa’di mengatakan dalam tafsirnya mengenai ayat ini:
“Maksud ayat ini adalah, katakan wahai Muhammad kepada orang-orang kafir dan selain mereka, bahwa aku adalah manusia seperti kalian, aku bukan sesembahan, aku bukan sekutu dalam kerajaan Allah, aku tidak tahu ilmu gaib, aku pun tidak memiliki kekuasaan seperti Allah. Sesungguhnya aku manusia seperti kalian, aku hanyalah salah satu hamba Rabbku.
“Diwahyukan kepadaku bahwa sesembahan kalian hanyalah sesembahan yang satu”, hanya saja aku diberi kelebihan dibanding kalian, aku diberikan wahyu yang Allah berikan kepadaku. Wahyu yang membawa berita yang paling agung yaitu bahwa sesembahan kalian hanyalah sesembahan yang satu, tiada sekutu bagiNya, tidak ada satupun selain Dia yang berhak diibadahi walau seberat biji sawi. Aku menyeru kalian untuk beramal dengan sesuatu yang bisa mendekatkan diri kalian kepadaNya sehingga kalian medapatkan pahala dariNya dan terhindar dari azabNya.
Oleh karena itu Allah kemudian berfirman: ”Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh” yaitu amalan yang sesuai dengan syariat Allah. “dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Rabbnya” yaitu, janganlah dia merasa riya dalam amalannya, bahkan hendaknya dia beramal ikhlas mengharapkan wajah Allah semata.
Maka ayat ini menggabungkan keterangan tentang amalan yang ikhlas dan mengikuti sunnah Nabi. Amalan seperti itulah yang kan diterima dan pelakunya kan mendapatkan ganjaran. Adapun amalan yang tidak ikhlas atau tidak sesuai sunnah, maka itu hanyalah kerugian di dunia dan akhirat bagi pelakunya. Dia tidaklah mendapatkan kedekatan dari Sang Maula dan dia juga tiada mendapat keridhaanNya” lihat Taisir Karimirrahman..
Sum: Bebrpa sumber.. smg kita adalah orang-2 yang sll mengingat akan ke Esaan Allah Swt ,, amin..