“Cinta itu adalah perasaan yang mesti ada pada tiap-tiap diri manusia, ia laksana setitis embun yang turun dari langit, bersih dan suci. Jika ia jatuh pada tanah yang subur, di sana akan tumbuh kesucian hati, keikhlasan, setia, budi pekerti yang tinggi dan lain-lain perangai terpuji.”
― Hamka
Manusia sebagai makhluk sempurna (insan kamil) yang diciptakan Allah Swt juga memiliki fitrah cinta. Artinya, cinta bukan diperoleh dari diamati dan dipelajari, tapi cinta merupakan unsur bawaan (fitrah) yang dianugerahkan Allah Swt. Maka cinta sulit untuk didefinisikan secara konkret. Sebab, cinta merupakan sesuatu yang abstrak, ia tidak bisa dilihat tapi dapat dirasakan. Perilaku seseorang merupakan gejala cinta yang bersemayam di dalam jiwa. Secara kasat mata kita dapat membedakan antara memberi dengan cinta atau dusta dan tipu-daya. Pemberian atas dasar cinta akan menggembirakan, mengasyikkan, dan membahagiakan.
Sejarah mencatat seorang wanita sufi bernama Rabiatul Adawiyah. Ia merupakan seorang sufi yang benar-benar jatuh cinta dengan cinta. Kecintaannya kepada Allah Swt mengalahkan cinta kepada dunia, harta, dan takhta. Bahkan, ia beramal bukan lagi karena ingin masuk surga, pun ia meninggalkan kemaksiatan bukan karena takut neraka. Tapi, ia beramal dan meninggalkan kemaksiatan hanya berharap ridha Allah Swt. “Seandainya aku beribadah ingin surga-Mu, maka jauhkanlah aku dari surga itu, jika aku meninggalkan maksiat karena takut neraka-Mu, maka masukkan aku ke dalam neraka itu. Aku hanya ingin cinta dan ridha-Mu,” ungkapnya.
More people can see the face of death while their sleep in their own bed rather than people who can see the face of death while their flying in the plane.
But why more people scare to take a plane than people who take a bed.”
― Hamka
Sum : Quotes