Bismillahirrahmanirrahim…
→ Surah Ar-Rahman adalah surah ke-55 dalam al-Qur'an. ≈ Surah ini tergolong surat makkiyah, terdiri atas 78 ayat. Dinamakan Ar-Rahmaan yang berarti Yang Maha Pemurah berasal dari kata Ar-Rahman yang terdapat pada ayat pertama surah ini. Ar-Rahman adalah salah satu dari nama-nama Allah. Sebagian besar dari surah ini menerangkan kepemurahan Allah. kepada hamba-hamba-Nya, yaitu dengan memberikan nikmat-nikmat yang tidak terhingga baik di dunia maupun di akhirat nanti.
Ciri khas surah ini adalah kalimat berulang 31 kali Fa-biayyi alaa'i Rabbi kuma tukadzdzi ban (Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?) yang terletak di akhir setiap ayat yang menjelaskan nikmat Allah yang diberikan kepada manusia.
FABIAYYI ALAA 'IRAABIKUMAA TUKADZDZIBAANN (maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan). Tiga puluh ayat dalam surat Ar Rahman memiliki kalimat ini; maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan? Berulang, Allah memberi peringatan kepada kita; maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?
Melalui surat ini Allah seolah memberi sinyal kepada kita akan sifat kita yang pelupa, kufur nikmat, dan tidak mau berfikir. Ya, tiga hal itu yang ada dibenak saya (semoga Allah mengampuni kesalahanku) ketika ayat demi ayat dibaca.
PELUPA; manusia adalah mahluk yang pelupa
Disetiap tarikan nafas yang kita hirup, disetiap bergantinya siang malam, di setiap detak jantung, ada nikmat Allah yang kita sering lupakan. Ya, nikmat Allah yang sering lupa untuk kita syukuri. Dan ketika musibah (baca:ujian) diberikan pada kita, kita juga lupa bahwa itu sebagian nikmat yang Allah beri. Lalu kitapun hanya bisa mencaci maki, mengupat, bahkan merasa Allah tidak adil. Masya Allah...
di bumi itu ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang.
QS. ar-Rahman (55) : 11
Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya.
QS. ar-Rahman (55) : 12
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
QS. ar-Rahman (55) : 13
Bentuk rasa syukur seharusnya menambah keimanan kita; mematuhi segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Beribadah kepada Allah, dan menjauhkan diri dari maksiat. Celakalah orang yang kufur nikmat, dan berbahagialah orang yang bisa mensyukuri nikmat. Karena ketika ia bersyukur, Allah menambahkan nikmat-Nya.
"la in syakartum laa adziidanakum wa la'in kafartum inna azabi lasyadid"
artinya "sesungguhnya jika (kamu) bersyukur pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan jika kamu mengingkari (nikmat-KU) maka sesungguhnya azab-KU akan sangat pedih". (QS. Ibrahim ayat 7)
Tafsir jalalayn
(Maka manakah nikmat-nikmat) atau karunia-karunia (Rabb kamu berdua) hai manusia dan jin (yang kamu dustakan?) ayat ini disebutkan di dalam surah ini sebanyak tiga puluh satu kali. Istifham atau kata tanya yang terdapat dalam ayat ini mengandung makna taqrir atau menetapkan, demikian itu karena ada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Hakim melalui Jabir r.a. yang telah menceritakan, bahwa Rasulullah saw. membacakan kepada kami surah Ar Rahman hingga selesai. Kemudian beliau bersabda, "Mengapa kalian ini diam saja?" Sungguh jin lebih baik jawabannya daripada kalian. Karena sesungguhnya tiada sekali-kali aku bacakan kepada mereka ayat ini, "Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan?" (Q.S. Ar Rahman, 13) melainkan mereka menjawabnya, "Wahai Rabb kami, tiada satu pun nikmat-Mu yang kami dustakan, bagi-Mu segala puji."
Tafsir Quraish shihab
Maka, nikmat Tuhan yang manakah yang kalian ingkari, hai manusia dan jin?
Mengapa Allah Bertanya 31 Kali di Ar-Rahman?
Ada yang istimewa dari Surat ar-Rahman yaitu adanya pengulang-ulangan ayat yang berbunyi: . Kalimat itu diulang sebanyak 31 kali dalam surah ar-Rahman.
Arti dari ayat ini adalah: Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Ungkapan ini ditujukan kepada bangsa jin dan manusia.
Apa gerangan hebatnya kalimat itu hingga Allah perlu mengulanginya sampai 31 kali? Setelah Allah menguraikan beberapa nikmat yang dianugerahkan pada kita, Allah selalu bertanya: "Maka nikmat Tuhan-mu yang manakah yg kamu dustakan?"
Mari perhatikan bahwa Allah menggunakan kata "DUSTA", bukan kata "INGKAR". Hal ini menunjukkan bahwa nikmat yg Dia berikan kpd manusia itu tidak bisa diingkari keberadaannya.Dusta berarti menyembunyikan kebenaran, dusta sangat dekat dengan kesombongan yang acap tolak kebenaran dan menyepelekan hal lain kecuali dirinya.
Contoh sederhananya, kerapkah kala kita mendapat uang banyak, kita lalu pongah dan merasa bahwa itu akibat kerja keras kita?
Pula saat angkat toga raih gelar sarjana, munculkah ujub hati berbisik tokh ini karena otak kita yg cerdas? Saat giat semangat dalam sehat bugar jauh dari sakit, jumawa rasa ini telah sukses olah raga, krn diet yang dijaga, atau merasa akan selalu perkasa?
Segala nikmat yang dianugrahkanNya kita klaim murni usaha kita?. Tanpa sadar kita lupakan peranan Allah, kita sepelekan kehadiranNya di semua keberhasilan, lalu kita dustakan seakan nikmat itu semuanya datang tanpa izin Allah?
Maka nikmat Tuhan yg mana lagi yg kita dustakan? Janganlah alpa bahwa kenikmatan yang mengalir sejak lahir, ada Dia yg selalu hadir.
Harta, pasangan hidup, anak/cucu, kebun subur, perniagaan makmur, bahkan seteguk hirupan nafas pun ada peran RahmanNya. Ingatlah pula, semua nikmat itu akan ditanya di hari kiamat kelak. "Sungguh kamu pasti akan ditanya pada hari itu akan nikmat yg kamu peroleh saat ini" (At Takatsur: 8)
bacalah ayat dalam Surat Fushshilat [41]: 50, yang artinya: Dan jika Kami merasakan kepadanya sesuatu rahmat dari Kami sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata: "Ini adalah hakku, dan aku tidak yakin bahwa hari kiamat itu akan datang
Kita adalah mahluk pelupa, dan Allah mengingatkan kita berulang-ulang ...maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?
Sudah siapkah kita menjawab dan mempertanggungjawabkannya ? "Dan jika kamu menghitung nikmat-nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan sanggup menghitungnya" (An-Nahl: 18)
Tak patutkah kita bersyukur kepada-Nya? Ucapkan Alhamdulillah, stop mengeluh & jalani hidup berma'rifat ibadah ikhlas sebagai bagian dari rasa syukur kita.
"La in syakartum laa adziidanakum wa la'in kafartum inna azabi lasyadid" Sungguhjika (kamu) bersyukur pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan jika kamu mengingkari (nikmat-KU) maka sesungguhnya azab-KU akan sangat pedih". (QS. Ibrahim ayat 7).
Wallahu A'lam Bishawab ( "dan Hanya ALLAH yang Maha Mengetahui"
Sumber : ar-rahman ayat13